Friday, 18 March 2011
Mendidik Dengan Cinta
Posted on 01:13 by ithoxs & uut
Pengarang : Irawati Istadi
Kondisi : Buku bekas, disewakan
Membawa Si Kecil ke Acara Orang Tua
Seperti biasanya,dalam pengajian bulanan,Aisyah tak mau menempati kursi bagian depan maupun tengah,walaupun ia datang lebih awal dari ibu-ibu yang lain.Peserta pengajian pun sudah paham dengan kebiasaannya ini,yang terpaksa harus duduk di kursi belakang dan harus keluar masuk ruang pengajian untuk mendiamkan kedua balitanya yang rewel.
Aisyah sendiri sendiri cukup kerepotan menghadapi ulah Abid dan Anis,yang baru berusia empat dan dua tahun,yang selalu merepotkan untuk memancing perhatian ibunya.Si kecil Anis tak mau beringsut sama sekali dari pangkuan ibunya,dan akan mulai menangis jika ibunya terlibat pembicaraan dengan ibu yang lain.
Sementara si Abid tak pernah menghentikan seribu satu permintaannya,seperti ingin bermain di luar,ingin kue yang dipegang anak lain,ingin mainan yang dijual di depan pintu gerbang,atau berkali-kali minta diantar pipis ke kamar mandi.
Praktis,untuk melayani permintaan-permintaan kedua balitanya,terpaksa Aisyah hanya bisa memperhatikan seperempat dari isi ceramah yang disampaikan.Ditambah lagi keletihan fisiknya karena harus mondar-mandir menggendong putrinya dan sibuk mendiamkan tangis mereka.
Jika ditanya mengapa putra-putrinya begitu rewel,ibu muda ini tak juga bisa menjawab.Menurutnya,mereka hanya rewel jika diajak menghadiri pertemuan saja.Dalam kehidupan sehari-hari di rumah,mereka tidak terlalu banyak menimbulkan masalah.
Nah,lantas mengapa keduanya menjadi begitu rewel jika diajak pengajian?
PENUHI DULU KEBUTUHANNYA
Bayi menangis tentu ada penyebabnya.Mungkin ia lapar,haus,kedinginan,kesakitan,atau mungkin juga merasa tidak aman.Manakala penyebab telah ditemukan dan telah ditanggulangi,berarti kebutuhannya telah tercukupi,mereka akan diam dari tangisnya.
Sayangnya,untuk menemukan jenis kebutuhan anak ternyata sama sekali tak mudah.Ada begitu banyak kebutuhan anak,mulai dari kebutuhan fisik seperti pemenuhan kebutuhan makan dan minum ,kehangatan yang cukup dalam arti tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin,tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi seperti kebiasaan mereka sehari-hari,hingga kebutuhan alat-alat permainan.
Kebutuhan kejiwaan sebagai jenis kebutuhan kedua bahkan lebih banyak lagi.Anak butuh perasaan aman,nyaman,tenang,dan santai.Kebutuhan kejiwaan ini justru semakin kompleks cakupan ruang lingkupnya dan tak mudah pula untuk dipenuhi jika tak ada perencanaan yang baik.
Sesulit apapun,ternyata berbagai kebutuhan anak ini harus terlebih dulu dipenuhi oleh orang tua jika tak ingin anak-anak ‘mengacaukan’ acara ibu dalam pertemuan.
Jika ibu membawa anak-anak untuk mengikuti sebuah acara,bukankah itu berarti ibu berharap mereka mau memenuhi kebutuhan ibu?Padahal suasana pertemuan biasanya tak sesuai dengan kebutuhan anak,dimana mereka butuh untuk bebas bergerak dan bermain.Itu berarti pada saat itu anak harus berkorban untuk menyukseskan kebutuhan ibunya.Dan jangan harap keinginan ibu akan terwujud sebelum ibu memenuhi terlebih dahulu kebutuhan mereka selama acara tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut,uraian dari bunda Irawati Istadi di bawah ini bisa dijadikan sebagai pedoman:
1. Perkirakan suasana dan peristiwa yang akan dialami
Seperti apakah suasana pertemuan yang akan ibu hadiri?Apakah cenderung formal ataukah santai dan rekreatif?Apakah menggunakan kursi atau duduk di atas hamparan karpet?Berapa banyakkah peserta acara,perkirakan apakah suara anak akan mengganggu jalannya acara?Berapa lama acara berlangsung dan pukul berapa?Pada jam-jam tersebut,kebiasaan apa yang dilakukan anak sehari-harinya?
2. Penuhi kebutuhan fisik anak
Perlu kita bayangkan,rasa lapar bisa menyerang jika sedang tak ada yang dikerjakan.Begitu juga yang terjadi pada diri anak,manakala ia melihat ibunya menikmati jalannya acara,sementara ia tak tahu dan sama sekali tak tertarik pada acara tersebut.Duduk diam adalah pekerjaan yang membosankan.Dan tanpa ada sesuatu yang mereka kerjakan,perut yang sudah terisi nasi pun bisa berubah menjadi lapar.Menyediakan makanan ringan untuk anak adalah solusi terbaik.Kesibukan makan bagi anak akan cukup menyenangkan.
Ingat pula bahwa mereka juga butuh tempat untuk duduk atau merebahkan diri jika perlu.Ibu seringkali salah dengan menganggap mereka hanya membutuhkan sedikit tempat atau bahkan cukup dipangku saja.Padahal selain terasa tak nyaman,mereka sebenarnya ingin juga dihargai sama dengan orang lain,yang masing-masing memperoleh satu kursi.Bukankah kita juga harus menghargai diri mereka sama seperti orang lain,dan bukannya melalaikannya seakan-akan mereka hanya sebagai ‘peserta gelap’ saja.
3.Penuhi kebutuhan bermainnya
Banyak orang tua belum bisa memahami,mengapa anaknya tak pernah puas dan letih bermain-main.Tentu saja,karena ibarat orang dewasa,maka bermain itulah pekerjaan dan kegiatan belajar mereka.Seperti orang dewasa yang selalu bekerja dan belajar,maka pekerjaan anak adalah bermain.Wajar,jika kapanpun dan dimanapun,anak selalu ingin bermain.
Pilihkan alternative permainan atau kegiatan kreatif yang tepat untuk usia dan kegemaran anak yang bisa dikerjakan selama acara berlangsung.Mainan kecil yang mudah dibawa-bawa seperti plastisin (lilin mainan),kubus ajaib,mobil-mobilan,hingga gamewatch bisa menjadi alternatif.Bayi kita tentu juga akan menyukai krincingan kecil beragam bentuk,boneka mungil yang bisa berbunyi,atau mainan untuk digigit-gigit.
Jika memungkinkan,kita bisa membawa kertas kosong,buku mewarnai lengkap dengan spidol atau pensil warna.Buku cerita yang disukai anak pun bisa menenangkan anak bila ia sedang rewel.
3. Penuhi kebutuhan rasa amannya
Beberapa anak cepat beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah,namun banyak pula anak yang perlu waktu lama atau bahkan sulit sekali untuk beradaptasi.Suasana pertemuan yang baru bagi mereka seperti sebuah ancaman mengkhawatirkan dan menimbulkan perasaan tak nyaman serta tak aman.Maka kita harus peka terhadap perasaan anak,jangan memaksa anak untuk cepat bisa beradaptasi.
Ketika kita terlibat pembicaraan dengan orang lain,tak jarang anak menjadi rewel.Perasaannya menjadi tak aman karena merasa ibunya tak lagi memperhatikannya.
Untuk menghilangkan perasaan itu,kita perlu tetap memberikan perhatian kepada sang anak.Misalnya dengan melibatkan anak ke dalam pembicaraan kita dengan orang lain atau tetap mengajaknya berbincang tentang permainannya.Yang penting kita harus terus berusaha membuktikan,walaupun kita berbicara dengan orang lain,anak tetap memperoleh perhatian.
Sumber : Mendidik Dengan Cinta oleh Irawati Istadi
Kondisi : Buku bekas, disewakan
Membawa Si Kecil ke Acara Orang Tua
Seperti biasanya,dalam pengajian bulanan,Aisyah tak mau menempati kursi bagian depan maupun tengah,walaupun ia datang lebih awal dari ibu-ibu yang lain.Peserta pengajian pun sudah paham dengan kebiasaannya ini,yang terpaksa harus duduk di kursi belakang dan harus keluar masuk ruang pengajian untuk mendiamkan kedua balitanya yang rewel.
Aisyah sendiri sendiri cukup kerepotan menghadapi ulah Abid dan Anis,yang baru berusia empat dan dua tahun,yang selalu merepotkan untuk memancing perhatian ibunya.Si kecil Anis tak mau beringsut sama sekali dari pangkuan ibunya,dan akan mulai menangis jika ibunya terlibat pembicaraan dengan ibu yang lain.
Sementara si Abid tak pernah menghentikan seribu satu permintaannya,seperti ingin bermain di luar,ingin kue yang dipegang anak lain,ingin mainan yang dijual di depan pintu gerbang,atau berkali-kali minta diantar pipis ke kamar mandi.
Praktis,untuk melayani permintaan-permintaan kedua balitanya,terpaksa Aisyah hanya bisa memperhatikan seperempat dari isi ceramah yang disampaikan.Ditambah lagi keletihan fisiknya karena harus mondar-mandir menggendong putrinya dan sibuk mendiamkan tangis mereka.
Jika ditanya mengapa putra-putrinya begitu rewel,ibu muda ini tak juga bisa menjawab.Menurutnya,mereka hanya rewel jika diajak menghadiri pertemuan saja.Dalam kehidupan sehari-hari di rumah,mereka tidak terlalu banyak menimbulkan masalah.
Nah,lantas mengapa keduanya menjadi begitu rewel jika diajak pengajian?
PENUHI DULU KEBUTUHANNYA
Bayi menangis tentu ada penyebabnya.Mungkin ia lapar,haus,kedinginan,kesakitan,atau mungkin juga merasa tidak aman.Manakala penyebab telah ditemukan dan telah ditanggulangi,berarti kebutuhannya telah tercukupi,mereka akan diam dari tangisnya.
Sayangnya,untuk menemukan jenis kebutuhan anak ternyata sama sekali tak mudah.Ada begitu banyak kebutuhan anak,mulai dari kebutuhan fisik seperti pemenuhan kebutuhan makan dan minum ,kehangatan yang cukup dalam arti tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin,tidak terlalu ramai dan tidak terlalu sepi seperti kebiasaan mereka sehari-hari,hingga kebutuhan alat-alat permainan.
Kebutuhan kejiwaan sebagai jenis kebutuhan kedua bahkan lebih banyak lagi.Anak butuh perasaan aman,nyaman,tenang,dan santai.Kebutuhan kejiwaan ini justru semakin kompleks cakupan ruang lingkupnya dan tak mudah pula untuk dipenuhi jika tak ada perencanaan yang baik.
Sesulit apapun,ternyata berbagai kebutuhan anak ini harus terlebih dulu dipenuhi oleh orang tua jika tak ingin anak-anak ‘mengacaukan’ acara ibu dalam pertemuan.
Jika ibu membawa anak-anak untuk mengikuti sebuah acara,bukankah itu berarti ibu berharap mereka mau memenuhi kebutuhan ibu?Padahal suasana pertemuan biasanya tak sesuai dengan kebutuhan anak,dimana mereka butuh untuk bebas bergerak dan bermain.Itu berarti pada saat itu anak harus berkorban untuk menyukseskan kebutuhan ibunya.Dan jangan harap keinginan ibu akan terwujud sebelum ibu memenuhi terlebih dahulu kebutuhan mereka selama acara tersebut.
Untuk memenuhi kebutuhan anak-anak tersebut,uraian dari bunda Irawati Istadi di bawah ini bisa dijadikan sebagai pedoman:
1. Perkirakan suasana dan peristiwa yang akan dialami
Seperti apakah suasana pertemuan yang akan ibu hadiri?Apakah cenderung formal ataukah santai dan rekreatif?Apakah menggunakan kursi atau duduk di atas hamparan karpet?Berapa banyakkah peserta acara,perkirakan apakah suara anak akan mengganggu jalannya acara?Berapa lama acara berlangsung dan pukul berapa?Pada jam-jam tersebut,kebiasaan apa yang dilakukan anak sehari-harinya?
2. Penuhi kebutuhan fisik anak
Perlu kita bayangkan,rasa lapar bisa menyerang jika sedang tak ada yang dikerjakan.Begitu juga yang terjadi pada diri anak,manakala ia melihat ibunya menikmati jalannya acara,sementara ia tak tahu dan sama sekali tak tertarik pada acara tersebut.Duduk diam adalah pekerjaan yang membosankan.Dan tanpa ada sesuatu yang mereka kerjakan,perut yang sudah terisi nasi pun bisa berubah menjadi lapar.Menyediakan makanan ringan untuk anak adalah solusi terbaik.Kesibukan makan bagi anak akan cukup menyenangkan.
Ingat pula bahwa mereka juga butuh tempat untuk duduk atau merebahkan diri jika perlu.Ibu seringkali salah dengan menganggap mereka hanya membutuhkan sedikit tempat atau bahkan cukup dipangku saja.Padahal selain terasa tak nyaman,mereka sebenarnya ingin juga dihargai sama dengan orang lain,yang masing-masing memperoleh satu kursi.Bukankah kita juga harus menghargai diri mereka sama seperti orang lain,dan bukannya melalaikannya seakan-akan mereka hanya sebagai ‘peserta gelap’ saja.
3.Penuhi kebutuhan bermainnya
Banyak orang tua belum bisa memahami,mengapa anaknya tak pernah puas dan letih bermain-main.Tentu saja,karena ibarat orang dewasa,maka bermain itulah pekerjaan dan kegiatan belajar mereka.Seperti orang dewasa yang selalu bekerja dan belajar,maka pekerjaan anak adalah bermain.Wajar,jika kapanpun dan dimanapun,anak selalu ingin bermain.
Pilihkan alternative permainan atau kegiatan kreatif yang tepat untuk usia dan kegemaran anak yang bisa dikerjakan selama acara berlangsung.Mainan kecil yang mudah dibawa-bawa seperti plastisin (lilin mainan),kubus ajaib,mobil-mobilan,hingga gamewatch bisa menjadi alternatif.Bayi kita tentu juga akan menyukai krincingan kecil beragam bentuk,boneka mungil yang bisa berbunyi,atau mainan untuk digigit-gigit.
Jika memungkinkan,kita bisa membawa kertas kosong,buku mewarnai lengkap dengan spidol atau pensil warna.Buku cerita yang disukai anak pun bisa menenangkan anak bila ia sedang rewel.
3. Penuhi kebutuhan rasa amannya
Beberapa anak cepat beradaptasi dengan situasi yang berubah-ubah,namun banyak pula anak yang perlu waktu lama atau bahkan sulit sekali untuk beradaptasi.Suasana pertemuan yang baru bagi mereka seperti sebuah ancaman mengkhawatirkan dan menimbulkan perasaan tak nyaman serta tak aman.Maka kita harus peka terhadap perasaan anak,jangan memaksa anak untuk cepat bisa beradaptasi.
Ketika kita terlibat pembicaraan dengan orang lain,tak jarang anak menjadi rewel.Perasaannya menjadi tak aman karena merasa ibunya tak lagi memperhatikannya.
Untuk menghilangkan perasaan itu,kita perlu tetap memberikan perhatian kepada sang anak.Misalnya dengan melibatkan anak ke dalam pembicaraan kita dengan orang lain atau tetap mengajaknya berbincang tentang permainannya.Yang penting kita harus terus berusaha membuktikan,walaupun kita berbicara dengan orang lain,anak tetap memperoleh perhatian.
Sumber : Mendidik Dengan Cinta oleh Irawati Istadi
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No Response to "Mendidik Dengan Cinta"
Leave A Reply